Rabu, 08 Januari 2014

Cerpen



Akhirnya,hari ini datang...

“Membiarkanmu terus terpuruk bukanlah jalan keluar. Bangkitlah! Bangkit! Ya benar,masa lalu bukan lah untuk dilupakan jadikan itu sebuah pembelajaran agar kelak kau tak lagi jatuh ditempat yang sama bak keledai” Ujar Nayla kepadaku dengan suara lantang. “Tak bisa nay tak bisa banyak waktu yang sudah kujalani bersama namun ku sia siakan itu” Jawabku.”Dia sudah tak lagi ada untukmu,dia tak lagi ada untuk masa depanmu kelak ”Lanjut nayla dengan suara lantang.

Mentari perlahan mulai pergi ke ufuk timur disertai beberapa orang yang beranjak sore itu

“Lihat dirimu,dulu kau sangat periang meski dia tak disampingmu” ujar Nayla dengan suara yang tak lagi lantang. “Dulu aku berfikir dia akan selalu setia dengan segala tingkah lakuku terhadapnya” jawabku dengan meneteskan air mata. “Jangan bersedih,mungkin kau akan mendapatkan yang lebih baik darinya.Yang tak membuatmu mencari kesenangan lain yang tak ada didirinya,yang tak membuatmu merasa terganggu ketika ia ingin tau keberadaanmu,yang tak membuatmu merasa kesal ketika ia menanyakan kabarmu dan yang tak membuatmu sedih karna cintamu tak dibalas” Ucap Nayla seraya menghapus air mataku. “Aku sangat menyesal nay,aku sangat sedih sekarang.Aku mau disini dan aku mau merasakan bagaimana menunggu kabar dari seorang yang dicintainya”Jawabku dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipi. “Sudah kumohon hentikan tangisanmu,itu tak berarti dan tak membuatnya kembali kepadamu.Aku yakin didalam hatinya dia sangat sayang kepadamu dan ini surat yang ia titipkan kepada ku untukmu beberapa hari yang lalu”Ujar nayla sambil memberikan surat kepadaku dan dengan segera aku membacanya

“Aku tau betapa mengganggunya aku untukmu,aku tau betapa tak pentingnya kabar ku untukmu.Tapi yang harus kau tau,kabarmu selalu aku nanti di setiap saat aku menanyakannya,maaf aku tak memberi tau mu tentang sakitku dan umurku yang tak lama lagi ini aku tak mau kau khawatir untuk pertama kalinya tentang aku dan maaf aku tak selalu ada untukmu tapi kau tak perlu risau karna aku selalu sayang kepadamu.
Salam sayang dariku”

Akhirnya hari ini datang dimana aku tersadar akan besarnya makna dari kata setia,aku sering mendengar bahkan mengucapkannya tapi aku lupa untuk bertindak sesuai arti dari sucinya kesetiaan.Aku merasakan bagaimana menyesalnya telah mengacuhkan seseorang yang memberikan perhatian lebih namun aku acuhkan begitu saja  dan seketika itu aku menangis dan tubuh ku semakin lemas hingga aku tak sadarkan diri tepat di samping batu nisannya.